Tulisan ini saya buat karena tergelitik dengan perubahan tampilan pada koran kesayangan orang Kampar yang ada di dunia maya saat ini alias riaupos.com.
Sebagai putra daerah, koran riau pos sudah menjadi seperti bacaan wajib buat kami di tempat kerja. Selain ingin tahu dengan informasi terkini juga bisa jadi bahasan yang cukup seru (apalagi) kalau sedang kumpul bersama.
Dan bukan hanya ditempat kerja saja hal ini terjadi, terkadang saat keluar daerah (training misalnya) dan ada fasilitas yang bisa membantu maka kamipun tetap memantau dari jauh informasi yang dimuat di koran tercinta ini. Tentu saja fasilitas teknologi informasi menjadi satu-satunya andalan buat kita bisa tetap berinteraksi.
Riaupos.com, saat dulu saya dikenalkan salah satu teman sejawat pada pelatihan yang kami ikuti bersama di Bandung, begitu sederhana dan kurang "up to date" (maaf kalau akhirnya harus menggunakan bahasa yang bukan milik kita). Ini dikenali dari tanggal berita yang ada mengikuti informasi tentang berita itu sendiri yang sudah tertinggal beberapa hari.
Sederhana dan kurang up to date hanya sisi minus yang terlihat, tetapi saya tidak lupa kalau website ini juga punya kelebihan. Kesederhanaannya menjadi sebuah daya tarik dan membuat saya betah berlama-lama membaca tulisan yang disajikannya. Informasi apapun yang ingin dicari, dengan mudah dapat ditemukan. Begitu juga link-nya terhadap blog-blog individual atau organisasi khusus yang turut mendukung kekayaan website ini dengan mudah dapat diakses tentunya.
Waktu berjalan dan website ini mulai berkembang dengan adanya fasilitas e-paper. Walau masih tetap kurang up to date tapi sudah menjadi langkah besar dimana pembaca serasa betul-betul berhadapan dengan layaknya koran yang terkembang dihadapan dan siap untuk dibaca. Benar-benar kemajuan teknologi yang bermanfaat.
Beberapa minggu absen tidak menyimak riaupos.com membuat saya telah melewatkan beberapa informasi penting di daerah yang terjadi. Sampai ketika seorang teman menanyakan status yang saya buat di facebook yang merupakan singkatan dari judul lagu sebuah grup band yang fenomenal saat ini. Dari beliau, saya mendapatkan informasi kalau grup band itu manggung di Pekanbaru dan beritanya di muat di Riau Pos.
Hingga beberapa hari, saya masih belum membuka website Riau Pos. Hingga kemudian disinggung kembali oleh teman yang lain tentang grup band tersebut dan saya teringat kalau ada beritanya di Riau Pos. Tergelitik dari rasa ingin tahu, saya coba mengakses website Riau Pos dengan alamat yang sama bisa digunakan.
Wow... keren...
Itu kesan pertama begitu melihat tampilan baru riaupos.com.
Langsung terpampang sebuah website, yang jauh berbeda dengan terakhir kali saya lihat. Warna biru gelap mendominasi laman dengan berbagai warna lainnya yang menghiasi tulisan dan icon-icon yang ada. Tanggal hari itupun terpampang jelas di bawah banner berita yang disajikan. Ini menandakan kalau berita yang adapun juga berita terhangat hari itu (the latest news, jieee...). Kesan canggih dan modern pun terlihat jelas dari sebuah kolom yang menyajikan berita utama diikuti gambar berita tersebut yang setiap beberapa saat berganti-ganti.
Ingin tahu lebih lanjut membuat saya menyusuri laman utama ini hingga kebagian bawah yang menyajikan daftar berita yang ada hari itu. Tapi tak berapa lama saya menyimak, terasa ada yang kurang nyaman dihati dengan tampilan baru ini. Tak nyaman untuk berlama-lama "tinggal" dihalaman tersebut.
Ragam warna dan ukuran tulisan membuat mata tak nyaman untuk berlama-lama membacanya, ditambah lagi rasa bingung dengan perubahan yang cukup drastis itu. Lama mengamati (buka tutup karena mata mulai jenuh) membuat saya sadar akan hilangnya beberapa link yang dilaman website sebelumnya ada. begitu juga dengan hal yang bagi saya menjadi ciri buat riaupos.com pun turut menghilang, contoh, Beranda (ternyata sekarang diganti dengan home). Sebuah ciri yang menurut saya sangat sayang sekali untuk dihilangkan atau diganti.
Saat saya mengaksesnya terasa jeda waktu untuk membuka lamannya cukup lama dan membuat saya terpikir, bagaimana dengan orang yang kemampuan jaringan teknologinya terbatas? Tentu mereka butuh waktu yang lebih lama untuk bisa menikmati website ini.
Bisa-bisa mereka tak cukup sabar untuk menanti dan meninggalkannya begitu saja (dengan kata lain, tidak jadi mengakses).
Sekian lama mengamat-amati dan rasa tidak sabar dengan kondisi ini membuat saya teringat akan sebuah materi dalam pelajaran yang saya dapat tentang "Usability". Materi ini kami sebut dikelas sebagai W6. W6 adalah sebuah landasan pikir buat para perancang dan pemesan website dalam mengembangkan laman yang menunjang atau menguntungkan bagi mereka (terkait dengan e-business). Landasan ini terdiri dari:
- Why?
Landasan kebutuhan website untuk apa; kesenangankah, bisnis, menyampaikan pesan, atau sekedar ego (dimana orang punya kenapa kita tidak)?
Kenapa orang mau berkunjung ke website ini? Untuk mendapatkan beritakah, pendidikan, berniaga, atau mencari kesenangan?
- Who?
Website ini dibuat untuk penikmat yang seperti apa?
Seorang pakarkah, orang awam, atau para remaja dan anak-anak?
(jangan lupa, anak-anak sekarang sudah canggih lho!)
- Where?
Digunakan dengan kecanggihan tekhnologi penunjang yang bagaimana?
Fasilitas internet rumahkah dengan telkomnet instant misalnya, atau kantoran dengan speedynya? Kemudian menggunakan handphonekah atau laptop (atau komputer biasa)? Diakses dari dalam negri atau luar negri?
- When?
Kapan biasanya pengunjung mengakses? Jam-jam kerja yang sibuk, perbedaan waktu akses dari wilayah yang berbeda, sampai perkiraan hari/musim liburanpun juga tidak boleh luput dari perhitungan (makin libur, makin banyak orang suka internetan kan?).
- What?
Apa yang diharapkan dapat pengunjung lihat? Apa yang mereka pikirkan dengan tampilan ini? Hingga apa saja yang dapat mereka lakukan sehingga terjadi suatu interaksipun juga jadi point yang penting buat sebuah website dibangun (rumah kali! hehe...).
- hoW?
Bagaimana pengunjung bisa menikmati dengan rasa aman, kompatible dengan media yang berbeda (operating system-nya misalnya, kan ada yang pakai Windows yang berbeda dengan yang pakai Linux), kecepatan akses dan tak lupa bantuan teknologi yang tersediapun turut dipikirkan.
Untuk jadi lebih baik, memang butuh waktu dan proses. Diantaranya proses belajar dan kesabaran. Jadi, semoga saja, pelan tapi pasti akan ada perbaikan untuk kemajuan laman koran tercinta.
This site I made for my self and my lovely love where I can write any or every thing I found around and in my life.
Friday, 27 February 2009
Monday, 23 February 2009
Sekolah!!!
Gimana enggak kalau kelas senin ampe jum'at penuh!!! Belum tugas2 dan latihan karena walaupun cuma 4 modul tapi terdiri dari kelas teori, kelas praktek dan tutorial. Fiuh...
Memang sih, ini konsekuensi kalau ambil program s2 yang beda dengan s1-nya.
Bisa dibilang aku gak punya dasar ilmu buat ini kecuali keyakinan, kebiasaan suka baca dan coba aku setidaknya punya keberanian buat meneruskan pilihan ini. Tapi jujur, serasa jadi orang kaya dengan punya pengalaman yang berbeda2.
Yah...ibarat jalan aku memang terseok2 buat melangkah yang mungkin sampai akhir program akan banyak sekali tantangan yang harus dihadapi.
But...
Aku yang awalnya hanya coba2 ngedaftar ke uni ini dan gak pernah survey sebelumnya tentang sekolah/jurusanku ini (berhubung komunikasi yang gak selancar saat ini bisa kupakai) dan diterima, baru paham kalau jurusan ini termasuk top 20 in the world! Mak.......
Pantesan sistem dan dosen2nya kaya gini pikirku (yang bilang itu teman sekelasku asal Libya).
Pantesan beda juga ama sekolah/jurusan2 yang lainnya walaupun masih dinaungan uni yang sama, Newcastle University (untuk UK, uniku peringkat 23).
Dan...satu lagi informasi yang kudapat, ternyata dosen yang mengajar kami mata kuliah advance programming itu adalah the best programmer in the Europe!!! Gila.......
Hosh...hosh...hosh...
Ngos ngosan aku dengernya!
Jujur dia cerita waktu itu dalam rangka menyemangatiku. Karena saat sekarang ini adalah saat yang riskan buatku dimana semua tekanan datang: deg2an dengan nilai ujian semester lalu, pusing dengan mata kuliah dan kelas yang makin gila2an (dimana teman2 sekelasku ternyata pada jago program semua karena yang agak2 kurang sudah pada berguguran, mengundurkan diri atau pindah ke program part time yang lebih longgar), kondisi keuangan yang makin seret dimana kiriman dari kantor belum masuk, kangen anak, suami dan keluarga, dan sebagainya dan sebagainya.
Tapi ya...walau begitu aku memang mesti berusaha lebih keras lagi buat menyelesaikan studi ini.
Aku gak mau anak2ku yang sudah sabar menunggu ternyata mendapatiku pulang dengan kegagalan. Aku gak mau semua yang sudah kujalani sejauh ini hanya jadi sia2.
Aku mau pulang dengan kepala tegak dan bisa membuat orang2 disekitarku bangga dengan kehadiranku kembali. Yah, karena sebelumnya aku memang bukan siapa2. Tetapi yang paling aku tunggu adalah kembali membagi ilmu yang aku punya dan dapatkan ini pada orang2 muda, yang kelak ingin betul2 menjadi orang dan bukan orang2an!!!
Aku hanya ingin memberi arti bagi hidup dan kehidupan!
Tuesday, 17 February 2009
Hati...
Sunday, 1 February 2009
Hujan salju di awal february
Angin menderu deru diluar.
Seperti biasa ku kira.
Angin malam dari arah laut yang sedang mencari pelabuhan, sesuatu yang bisa meredakan dan menghentikannya.
Sekian menit terdengar angin masih saja terus menampar jendela kamarku.
Terasa beda dari biasanya dan itu membuat aku beranjak dari komputerku.
Perlahan, kusibak tirai jendela dan menjenguk keluar dari balik kaca.
Letak jendela kamarku yang ada dilantai dua dan menghadap ke depan asrama memungkinkan pemandangan keluar jadi lebih leluasa.
Langsung ke daerah parkiran dan jalan kampus yang ada di depan asramaku.
Sedikit terkejut, karena lama dari selang waktu terakhir, di luar ternyata hujan salju turun dengan lebatnya.
Angin yang kencang, membuat salju seperti kapas yang ditiup angin dan dipermainkan kesana kemari.
Jalanan dan tempat parkir dihalamanpun dalam sekejap telah memutih.
Beberapa mobil yang terparkir disana berangsur-angsur mengubah warnanya menjadi sama: putih!
Seperti tumpukan kapas yang terhampar dengan sangat lembutnya, ada dihadapanku.
Di tanaman pagar pembatas asrama, di atap deretan rumah yang terletak diseberang jalan, dan diranting-ranting pohon yang telah kehilangan daunnya sejak beberapa bulan yang lalu.
Semuanya kini telah tertutup dengan benda putih nan dingin itu.
Penat dengan pikiran yang sedang sangat rindu dengan kampung halaman dan orang-orang tersayang jadi sedikit terlupakan.
Kulihat jam di telfon genggam sedang menunjukkan angka 00. 45 GMT.
Hhhh...sudah tengah malam.
Kulayangkan lagi pandanganku keluar, salju turun semakin tipis.
Terlintas di pikiran akan pertanyaan putra sulungku, "Bunda! Saljunya bisa dimakan?" dan senyum sekilas bermain dibibirnya.
Sekali lagi kuhembuskan nafas ku perlahan menahan sesak didada.
Kembali terbayang wajah putra-putraku tersayang dipelupuk mata.
Yah...walaupun hari ini aku sempat berbicara dan bercanda dengan mereka lewat internet siang tadi.
Kembali kulihat keluar jendela.
Salju ternyata telah berhenti dan waktu telah beranjak tampa ku sadari, 01.41 GMT.
Yah, satu hari telah berakhir dan telah memasuki hari berikutnya.
Senin, 2 Februari 2009 di kesunyian malam kota Newcastle...
Subscribe to:
Posts (Atom)