This site I made for my self and my lovely love where I can write any or every thing I found around and in my life.
Thursday, 18 December 2008
Tolong.....
Friday, 12 December 2008
Pissshhh...
Tuesday, 18 November 2008
The Sunrise

Saat "kasih" ku menjenguk tulisan terakhir yang ku buat (Feeling so blue), ia membalas dengan memberikan sesuatu untuk ku renungkan.
Telaga hati
Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Pemuda itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu mengambil segenggam garam dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduk perlahan.
"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya," ujar Pak tua itu.
"Asin. Asin sekali," jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu.
"Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah."
Saat pemuda itu selesai mereguk air itu, Beliau bertanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar," sahut sang pemuda.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Beliau lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.
Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamumerasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Beliau melanjutkan nasehatnya.
"Hatimu adalah wadah itu.Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah
laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu
dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."
(Dari sebuah sumber)
Saturday, 15 November 2008
Feeling So Blue

Kadang, walau sudah mengelak tapi "ia" punya cara untuk tetap datang kehadapan kita. Bagaimanapun caranya untuk menutupi tapi "ia" pun terungkapkan jua.
Wednesday, 5 November 2008
Saturday, 30 August 2008
CURHAT
Walau apapun alasannya, berpisah tetaplah akan tetap menyedihkan.
Terlebih yang terpisah adalah antara satu orang dengan bagian keluarga yang lain.
Tangis, kadang rasanya hanya itu obat satu-satunya.
Walau mencoba berkilah dengan apapun, air mata tetap tak akan terelakkan.
Bagaimana mengolah rasa yang seketika datang membuncah dan membanjiri hati dengan penuh keharuan...?
Seperti langit kelam dipuncak malam, tanpa teman, tanpa kawan.
Seperti pohon ditengah halaman, tanpa angin yang membelai, tanpa sesuatu yang menyinggai.
Hanya rasakan
Hanya nikmati
Hanya jalani...
Itulah bagian HIDUP...
Monday, 18 August 2008
PAST
Keluarga, dimulai dari hari saat aku menerima dia sebagai teman hidup dan matiku. Itulah awal dari masa depan yang akan dihadapi dalam tawa dan tangis. Masa lalu, kini dan yang akan datang